JOGJA  

Romo Vikep Adrianus Maradiyo, Pr ; Dalam Diri Afnan-Singgih Terdapat Jiwa Kepemimpinan “Semar”

Foto Wawan-Peristiwaterkini; Romo Kevikepan Yogyakarta Timur, Romo Adrianus Maradiyo diapit Paslon Afnan-Singgih

YOGYAKARTA, sumatrapost.id – Romo Kevikepan Yogyakarta Timur, Rm. Adrianus Maradiyo Pr didampingi oleh Ketua FMKI (Forum Masyarakat Katolik Indonesia) Kota Yogyakarta Dr. Bangun Putra Prasetya, Ketua FMKI DIY yang Antonius Adi Prabowo, serta Bu Elisabeth, yang beliau adalah Ketua Komisi Kehubungan dan Kerasulan Kemasyarakatan menerima kedatangan Paslon Afnan-Singgih pada Kamis (07/11/2024) di Kantor Kevikepan Yogyakarta Timur.

Setelah memaparkan visi dan misi Paslon Afnan-Singgih dalam Pilkada, Romo Vikep memberikan pandangan bahwa kepemimpinan yang dibutuhkan untuk masa depan Kota Yogyakarta harus mampu merangkul seluruh elemen masyarakat, menciptakan harmonisasi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman dan kebersamaan.

Tanggapan Pak Afnan tentang konsep “City of Tolerance” untuk Yogyakarta menunjukkan komitmennya terhadap nilai-nilai toleransi, penguatan regulasi, dan humanisme dalam kepemimpinannya.

“Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang juga menjadi bagian dari gerakan di Gereja Katolik. Saya mengilustrasikan kepemimpinan ini dengan kata “Semar,” yang menggambarkan sifat kasih, kedamaian, dan kesejahteraan bagi semua orang. Dan semua itu saya lihat ada pada Paslon Afnan-Singgih,” jelasnya.

Tentang figur pemimpin yang diharapkan menjadi sosok pemimpin sejati seperti Semar, yang dalam budaya Jawa—sosok yang tulus dan penuh pengabdian untuk masyarakat.

“Fokusnya adalah pada sifat kepemimpinan yang jujur, tulus dari hati, dan bukan sekadar mencari jabatan atau status,” harapnya.

Visi Misi Paslon 03 menunjukkan bahwa pembangunan Kota Yogyakarta tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif dari semua komponen masyarakat dalam rangka mencapai kemajuan bersama.

Romo Vikep juga berharap dengan program-program 03 seperti program inklusivitas (integrasi inklusi) serta toleransi, yang dianggap penting untuk diimplementasikan oleh para calon pemimpin, yaitu Pak Afnan dan Pak Singgi, dalam melayani masyarakat Yogyakarta.

“Jadilah Pemimpin seperti Semar yang selalu mengedepankan kepentingan masyarakat, tulus ikhlas dan tetap menjadi pelayan masyarakat,” pintanya.

SEJARAH MUHAMMADIYAH & KATOLIK

Romo Vikep sedikit menceritakan mengenai sejarah hubungan Muhammadiyah dan Katolik dalam sama-sama mencerdaskan masyakat sekitar.

Dirinya menggarisbawahi hubungan sejarah antara Muhammadiyah dan Katolik di Yogyakarta yang diinisiasi melalui kerja sama antara dua tokoh penting, yaitu Kiai Ahmad Dahlan dari Muhammadiyah dan Romo Van Lith dari pihak Katolik.

“Mereka sering berkomunikasi dan saling mendukung dalam upaya membangun pendidikan dan gerakan sosial yang humanis di Yogyakarta. Garis imajiner dari titik nol ke Keraton menjadi simbol penyatuan nilai-nilai dari kedua belah pihak,” jelasnya.

Di sebelah barat garis tersebut, gerakan Muhammadiyah dimulai, sementara di sebelah timurnya, Katolik mengambil peran.

Pak Afnan, yang disebut-sebut sebagai calon wali kota dan merupakan kader utama Muhammadiyah, diharapkan dapat memperkuat kerja sama ini ke depannya.

“Kehadirannya memberi harapan baru akan kesinambungan kolaborasi antara nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung oleh Muhammadiyah dan Katolik, terutama dalam bidang pendidikan,” pungkasnya.