Berita  

Viral Pejabat PDAM Bangkalan Digotong Layaknya Raja

Sumatrapost.id, Bangkalan – Media sosial tengah diramaikan dengan sebuah video viral yang menampilkan seorang pejabat PDAM Bangkalan saat meninjau banjir di area pompa PDAM Pocong. Dalam video tersebut, sang pejabat terlihat duduk di atas ember plastik yang diletakkan di atas perahu rakitan dari bambu. Ia digotong oleh warga setempat sambil menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, seolah memberikan instruksi. Warga yang menggotong pun terlihat patuh sambil menjawab, “Di sini, Pak, iyo, di sini juga, Pak.”

Video ini memantik beragam reaksi dari warganet. Beberapa komentar mengkritik tindakan tersebut, seperti yang diutarakan akun @muksan72: “Udah kayak raja.”

Sementara itu, akun @sempre.milanisti menulis, “Kerja di PDAM tapi takut basah kena air, minimal jangan nyusahin satu orang, Pak. Ini malah nyusahin orang banyak.”

Fenomena ini memunculkan perdebatan di masyarakat, terutama terkait bagaimana warisan mentalitas kolonial masih tercermin dalam hubungan antara pejabat dan rakyat.

Mental masyarakat inlander, istilah yang digunakan pada masa penjajahan Belanda untuk menunjukkan pola pikir tunduk dan patuh secara berlebihan kepada penguasa, dianggap oleh sejumlah pihak masih membayangi interaksi sosial di Indonesia hingga saat ini.

Dalam konteks ini, kejadian di Bangkalan dapat diartikan sebagai bentuk simbolis dari relasi kuasa yang tidak setara. Pejabat yang digotong warga layaknya raja mengindikasikan pola pikir feodal, di mana rakyat dianggap sebagai pelayan yang harus tunduk tanpa mempertanyakan peran pejabat tersebut.

Sosiolog Universitas Sriwijaya, Bonny Pasandra, S. Sos, menyatakan bahwa ini merupakan gap antara pemerintah dan masyarakat.

“Video itu memperlihatkan warisan mental inlander pada masyarakat kita, dimana masyarakat masih menganggap pejabat memiliki status sosial yang lebih diatas mereka. Di sisi lain, warga juga perlu memahami bahwa mereka memiliki hak untuk menolak tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip kesetaraan,” ungkapnya.

Respons warganet terhadap video tersebut menunjukkan adanya kesadaran baru dalam masyarakat untuk menolak praktik-praktik yang dianggap feodal dan merendahkan.

Komentar-komentar kritis yang muncul mencerminkan harapan masyarakat agar pejabat lebih menghargai rakyat dan tidak memanfaatkan posisi mereka secara berlebihan.

“Banjir itu dampaknya dirasakan semua orang, termasuk pejabat. Kalau takut basah, bagaimana mau memahami kondisi rakyat?” tulis seorang pengguna media sosial lainnya.

Kejadian ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Pejabat perlu mengedepankan sikap empati dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas. Sementara itu, masyarakat juga didorong untuk lebih berani menyuarakan pendapat mereka terhadap ketidakadilan tanpa takut terhadap relasi kuasa.

Sebagai bangsa yang telah merdeka selama lebih dari tujuh dekade, Indonesia perlu terus bergerak menjauh dari bayang-bayang mentalitas kolonial. Rakyat dan pejabat harus bersama-sama membangun hubungan yang berlandaskan kesetaraan dan saling menghormati, demi terciptanya masyarakat yang lebih adil dan bermartabat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *